Sunday, November 11, 2007

Batam Island Journey (Part One)

Masih kelanjutan urusan audience research RRI-KfW , pagi-pagi buta Mama Siwi sudah berangkat ke Bandara Adisucipto untuk cabut ke Jakarta dianter Papa Sulis dan Anin. Perjalanan berjalan mulus, tepat pukul 06.25 take off ke Jakarta, tepat pula pukul 08.30 take off ke Batam, alhasil pukul 09.35 sampai juga di Batam. Cuaca cerah, suhu di darat 27 derajat Celcius, begitu kata Mr. Pilot Adam Air yang mbawa pesawat Mama Siwi.

Sedikit bicara tentang Batam Island. Ini salah satu pulau di Propinsi Kepulauan Riau. Di kepulauan ini ada banyak pulau-pulau kecil. Dari atas pesawat kelihatan ada banyak pulau. Terbersit pertanyaan kecil, apa semua pulau berpenghuni ya? Kira-kira mirip Kepulauan Seribu di Jakarta sana. Nah, Batam adalah pulau yang menjadi penghubung ke Singapore atau ke Malaysia, semuanya pakai kapal ferry atau speedboad lewat laut pastinya. Murah lagi biayanya, kira-kira cuman Rp 150 ribu. Plus fiskalnya jauh lebih murah juga, Rp 500 ribu. Cuman sayangnya, Mama Siwi tidak sempat pergi ke Singapore atau ke Malaysia nih, berhubung waktu penelitian ini terbatas, mana Mama Siwi dibatasi oleh skedul dan budget. Dua hari di Batam dan dua hari di Singkawang (setelah perjalanan Batam ini).


Sesampai di Bandara Hang Nadim, langsung deh Mama Siwi cari taksi, di sini taksi resminya bernama Port Taxi, kayak Blue Bird-nya Jakarta deh. Sudah ada tarif standar kalo dari bandara ke hotel. Mama Siwi menginap di Puri Garden Hotel, di Jl. Teuku Umar No. 1 Batam, tepatnya di depan Nagoya Hill Plaza. Berhubung sudah bawa voucher hotel dari Yogya, maka Mama Siwi tidak perlu pusing-pusing lagi cari dan booking hotel. Nggak mahal juga kok, untuk hotel berbintang 3 itu, Mama Siwi cuman keluar uang Rp 720 ribu untuk 3D2N. Emang banyak orang bilang, hotel-hotel di Batam itu murah, karena banyak untuk transit orang dari Malaysia dan Singapore. Maka jangan kaget, demikian masuk ke hotel, bakalan nemuin harga/tarif dalam RM (Ringgit Malaysia) atau S$ (Dollar Singapore).


Sesampai hotel, Mama Siwi langsung kontak teman-teman peneliti RRI, nggak lama kemudian mereka sudah join, ada Mas Umar dan Mbak Fitri. Bicara ‘ngalor ngidul’ tentang survei di lapangan, persiapan FGD Senin 12 November 2007 besok, kendala di lapangan dalam hunting responden untuk wawancara survei. Finally, koordinasi kelar. Masih banyak waktu untuk hari ini. Memang sejak awal datang, Mama Siwi ingin ngajak dolan mereka, selagi hari Minggu dan kantor-kantor tutup, praktis mereka berdua tidak bisa bekerja. Pilihan dolan adalah menuju Jembatan Barelang I sampai Kampung Vietnam. Ok deh, siapa takut, show must go on. Tanya sana sini akhirnya dapat deh sedan Honda yang bisa dicarter, Rp 200 ribu.


Perjalanan berawal di Jembatan Barelang I, ini jembatan yang cukup terkenal. Kata sopir taksi tadi, belum resmi deh datang ke Batam kalo belum mengunjungi jembatan ini. Yang menarik nih, tempat wisata ini murah meriah, habisnya gratis sih. Ceritanya ini jembatan gantung yang menghubungkan Batam Island dengan pulau lain di dekatnya. Modelnya gantung, jadi cuman pakai besi (or baja ya) buat streng jembatan itu ke tonggak yang pusat jembatan. Banyak orang nongkrong di tempat ini, ada yang makan jagung bakar, atau sekedar duduk-duduk menikmati laut yang tidak berombak dan gugusan pulau-pulau kecil Kawasan Rempang-Galang di kejauhan sana. Cuman di sini, sembarangan aja cara orang parkir sepeda motor atau mobilnya di jembatan ini.


Seusai melihat dan foto-foto di Jembatan Barelang I, lanjut deh ke Jembatan Barelang II, III, dan IV. Tapi yang lain ini jembatan biasa aja. Setelah Jembatan Barelang IV, ada belokan tanah, masuk di kawasan Ex Pengungsian Vietnam (Ex Camp Vietnam). Wuih, suasana kawasan ini kayak hutan lindung, masih hijau sekali. Tapi sepi bener, agak takut juga sih, karena ini “Galang Memory of Tragedi Past”. Ngebayangin nggak sih, dulu di sini pernah tinggal orang-orang Vietnam yang tersingkir dari negaranya, terpaksa tinggal di negeri orang dengan perasaan terbuang, ketakutan, kecemasan, ketidakberdayaan, bahkan perasaan tidak punya masa depan.

Wednesday, October 03, 2007

Mama ... Aku Mau Pulang

Hari Selasa kemarin, berhubung Anin habis sakit, maka Mama Siwi anter pakai mobil. Oleh karena banyak urusan musti Mama Siwi selesaikan, pasti waktu buat njemput Anin tidak akan nyampai, jadi pulangnya Anin naik becak dengan Mbak Sri.
Sesampai di rumah, Mama Siwi dilaporin kalo di becak tadi Anin nangis kejer, gara-garanya pak becak bukan pak becak biasanya, jadi tidak lewat jalan yang biasa dilewati. Alhasil, Anin kaget dan takut mau dibawa ke mana ini. Hehehehee, Mama Siwi jadi geli bener nih. Berarti ajaran Mama Siwi selama ini sudah bener dong. Anin dipesan Mama kalo dibawa pergi orang yang tidak dikenal, teriak tolong tolong ya .... Habis jadi orang tua sekarang repot dan kadang-kadang musti agak protektif, maklum deh, banyak penculikan anak kecil, trus trafficking itu loo yang ngeri ..

Monday, October 01, 2007

Buku Tertukar

Masih urusan sekolah Anin. Sepulang sekolah playgroup, asalkan Mama Siwi tidak buru-buru harus pergi ke kantor, seperti biasanya Mama Siwi akan menanyakan aktivitas Anin di sekolah, termasuk pekerjaan yang dibuatnya. Nah, di jalan, Anin sudah cerita panjang lebar bahwa hari itu menulis/menggambar lingkaran, mirip telur, jadi agak lonjong. Sesampai rumah, tas Barbie merah Anin dibuka Mama, sembari Anin ganti pakaian. Ternyata, demikian buku dikeluarkan, Anin langsung nangis keras, sambil teriak-teriak, "Itu bukan buku Anin, Anin tidak nulis di depan, Anin nulis di belakang, itu bukan buku Anin" ... aduh, aduh, Mama Siwi, mbak Sri, mbak Atun sampai terkaget-kaget, geli juga sih. Sambil tetap nangis Anin bilang begitu. Akhirnya Mama Siwi terpaksa telpon Bu Cicil, ibu guru Anin di sekolah. Mau tau jawaban ibu guru di telepon? "Aduh, bu, maaf, tadi banyak buku tidak diberi nama (maklum deh, buku baru-red), jadi waktu saya tanya, ini buku siapa, anak-anak yang tunjuk jari sampai ada 10-an anak, jadi mungkin ketukar" ... hehehehee ... nggak bisa mbayangin deh, gimana nggak bingung ya jadi ibu guru di TK, mendingan jadi ibu guru di kuliah, bisa cuek sama mahasiswanya. Yang menggelikan lagi, besok paginya, waktu ibu guru menyambut Anin yang dianter Mama Siwi, langsung bilang minta maaf ke Anin. Aduuuh, mana ada di kuliah dosen minta maaf sama mahasiswanya ... please deh ... untung Mama Siwi bukan ibu guru TK

Tuesday, September 11, 2007

Hasil Kerja Mama di Rumah Deresan

Hehehee, lumayan juga, tanaman Mama Siwi sudah ada yang berbunga. Biar tidak terlalu gersang di halaman belakang dan sedikit halaman depan sudah ada tanamannya. Oya, maksimal 2 hari sekali Mama Siwi mampir ke rumah Deresan untuk menyirami tanaman-tanaman itu. Eh, ngomong-ngomong ada yang mau ngasih tanaman mahal dari Bekasi yang nanti mau dititipkan ke Eyang Mardjo. Thanks, tante Ari, kami tunggu ya.

Thursday, September 06, 2007

Kaos Tangan Anin

Ada cerita lucu nih. Dasar Anin itu agak-agak centil gitu. Masak sih, pergi sekolah naik motor dengan membonceng Mama Siwi di depan ribut melulu. Yang panas lah, yang minta nggak lewat 'stopan' (traffic light), yang minta ngebut biar sampai rumah. Walah-walah, padahal kalo naik motor nih, dari TK Marsudirini ke rumah cuman 10 sampai 15 menit loo. Mungkin karena saat sekarang ini Anin masuk siang dari jam 09.30 sampai 11.00, jadi memang matahari sudah terik. Akhirnya Mama Siwi mbeliin Anin kaos tangan anak, minimal mengurangi rasa panas di tangan. Hehehe, lucu deh, kaos tangannya.

Daisypath Ticker