Batam Island Journey (Part One)
Masih kelanjutan urusan audience research RRI-KfW , pagi-pagi buta Mama Siwi sudah berangkat ke Bandara Adisucipto untuk cabut ke Jakarta dianter Papa Sulis dan Anin. Perjalanan berjalan mulus, tepat pukul 06.25 take off ke Jakarta, tepat pula pukul 08.30 take off ke Batam, alhasil pukul 09.35 sampai juga di Batam. Cuaca cerah, suhu di darat 27 derajat Celcius, begitu kata Mr. Pilot Adam Air yang mbawa pesawat Mama Siwi.
Sedikit bicara tentang Batam Island. Ini salah satu pulau di Propinsi Kepulauan Riau. Di kepulauan ini ada banyak pulau-pulau kecil. Dari atas pesawat kelihatan ada banyak pulau. Terbersit pertanyaan kecil, apa semua pulau berpenghuni ya? Kira-kira mirip Kepulauan Seribu di Jakarta sana. Nah, Batam adalah pulau yang menjadi penghubung ke Singapore atau ke Malaysia, semuanya pakai kapal ferry atau speedboad lewat laut pastinya. Murah lagi biayanya, kira-kira cuman Rp 150 ribu. Plus fiskalnya jauh lebih murah juga, Rp 500 ribu. Cuman sayangnya, Mama Siwi tidak sempat pergi ke Singapore atau ke Malaysia nih, berhubung waktu penelitian ini terbatas, mana Mama Siwi dibatasi oleh skedul dan budget. Dua hari di Batam dan dua hari di Singkawang (setelah perjalanan Batam ini).
Sesampai di Bandara Hang Nadim, langsung deh Mama Siwi cari taksi, di sini taksi resminya bernama Port Taxi, kayak Blue Bird-nya Jakarta deh. Sudah ada tarif standar kalo dari bandara ke hotel. Mama Siwi menginap di Puri Garden Hotel, di Jl. Teuku Umar No. 1 Batam, tepatnya di depan Nagoya Hill Plaza. Berhubung sudah bawa voucher hotel dari Yogya, maka Mama Siwi tidak perlu pusing-pusing lagi cari dan booking hotel. Nggak mahal juga kok, untuk hotel berbintang 3 itu, Mama Siwi cuman keluar uang Rp 720 ribu untuk 3D2N. Emang banyak orang bilang, hotel-hotel di Batam itu murah, karena banyak untuk transit orang dari Malaysia dan Singapore. Maka jangan kaget, demikian masuk ke hotel, bakalan nemuin harga/tarif dalam RM (Ringgit Malaysia) atau S$ (Dollar Singapore).
Sesampai hotel, Mama Siwi langsung kontak teman-teman peneliti RRI, nggak lama kemudian mereka sudah join, ada Mas Umar dan Mbak Fitri. Bicara ‘ngalor ngidul’ tentang survei di lapangan, persiapan FGD Senin 12 November 2007 besok, kendala di lapangan dalam hunting responden untuk wawancara survei. Finally, koordinasi kelar. Masih banyak waktu untuk hari ini. Memang sejak awal datang, Mama Siwi ingin ngajak dolan mereka, selagi hari Minggu dan kantor-kantor tutup, praktis mereka berdua tidak bisa bekerja. Pilihan dolan adalah menuju Jembatan Barelang I sampai Kampung Vietnam. Ok deh, siapa takut, show must go on. Tanya sana sini akhirnya dapat deh sedan Honda yang bisa dicarter, Rp 200 ribu.
Perjalanan berawal di Jembatan Barelang I, ini jembatan yang cukup terkenal. Kata sopir taksi tadi, belum resmi deh datang ke Batam kalo belum mengunjungi jembatan ini. Yang menarik nih, tempat wisata ini murah meriah, habisnya gratis sih. Ceritanya ini jembatan gantung yang menghubungkan Batam Island dengan pulau lain di dekatnya. Modelnya gantung, jadi cuman pakai besi (or baja ya) buat streng jembatan itu ke tonggak yang pusat jembatan. Banyak orang nongkrong di tempat ini, ada yang makan jagung bakar, atau sekedar duduk-duduk menikmati laut yang tidak berombak dan gugusan pulau-pulau kecil Kawasan Rempang-Galang di kejauhan sana. Cuman di sini, sembarangan aja cara orang parkir sepeda motor atau mobilnya di jembatan ini.
Seusai melihat dan foto-foto di Jembatan Barelang I, lanjut deh ke Jembatan Barelang II, III, dan IV. Tapi yang lain ini jembatan biasa aja. Setelah Jembatan Barelang IV, ada belokan tanah, masuk di kawasan Ex Pengungsian Vietnam (Ex Camp Vietnam). Wuih, suasana kawasan ini kayak hutan lindung, masih hijau sekali. Tapi sepi bener, agak takut juga sih, karena ini “Galang Memory of Tragedi Past”. Ngebayangin nggak sih, dulu di sini pernah tinggal orang-orang Vietnam yang tersingkir dari negaranya, terpaksa tinggal di negeri orang dengan perasaan terbuang, ketakutan, kecemasan, ketidakberdayaan, bahkan perasaan tidak punya masa depan.